Renungan

Bentuk dan Warna Air Mata

Sekalipun engkau sangat sedih, lapangkanlah tempat bagi rasa sakit itu dan area dari harapanmu. Menangislah sesuai dengan kemampuanmu sehingga engkau tidak terus- menerus merasakan sakit, kemudian kenakanlah pakaian kehidupan. Keluarlah dengan membawa mata yang baru, yang telah dicuci oleh air mata.

Bertolak dari sini, air mata itu bermacam- macam.

Para ilmuan membaginya sebagai berikut:

  1. Air mata bebas, yaitu air mata kemenangan.
  2. Air mata yang berpengaruh, yaitu air mata taubat.
  3. Air mata yang lembut, yaitu air mata wanita.
  4. Air mata indah, yaitu air mata keikhlasan.
  5. Air mata kesedihan,yaitu air mata pelipur lara.
  6. Air mata kebahagiaan, yaitu air mata kesuksesan.
  7. Air mata keras,yaitu air mata karena rasa sakit.
  8. Air mata ekpresif, yaitu air mata penyesalan.
  9. Air mata yang menipu, yaitu air mata buaya.
  10. Air mata yang terbuka, yaitu air mata persaudaraan.

JANGAN MERASA DIRI LEBIH BAIK DARI YANG LAIN

Sebuah kapal karam di tengah laut karena terjangan badai dan ombak hebat. Hanya dua orang lelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke sebuah pulau kecil yang gersang. Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, mereka berdua yakin bahwa tidak ada yang dapat dilakukan kecuali berdoa.

Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat untuk membagi pulau kecil itu menjadi dua wilayah. Dan mereka tinggal sendiri-sendiri berseberangan di sisi-sisi pulau tersebut.

Doa pertama mereka panjatkan, mereka memohon agar diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki ke satu melihat sebuah pohon penuh dengan buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.

Seminggu kemudian, lelaki yang ke satu merasa kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberikan seorang istri. Keesokan harinya, ada kapal yang karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berenang dan terdampar di sisi tempat lelaki ke satu itu tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apanya.

Segera saja, lelaki ke satu ini berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya,seperti keajaiban saja, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa.

Akhirnya, lelaki ke satu ini berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya dapat meninggalkan pulau itu. Pagi harinya mereka menemukan sebuah kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki ke satu dan istrinya naik ke atas kapal dan siap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan lelaki ke dua yang tinggal di sisi lain pulau.

Menurutnya, memang lelaki kedua itu tidak pantas menerima berkah tersebut karena doa-doanya tak pernah terkabulkan.

Begitu kapal siap berangkat, lelaki ke satu ini mendengar suara dari langit menggema, “Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada di sisi lain pulau ini?”
“Berkahku hanyalah milikku sendiri, karena hanya doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki ke satu ini.
“Doa lelaki temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka,ia tak pantas mendapatkan apa-apa.”
“Kau salah!” suara itu membentak membahana.
“Tahukah kau bahwa rekanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan,semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa.”

“Katakan padaku,” tanya lelaki ke satu itu.
“Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus merasa berhutang atas semua ini padanya?”
“Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan!”

~~~

Kesombongan macam apakah yang membuat kita merasa lebih baik dari yang lain ? Sadarilah betapa banyak orang yang telah mengorbankan segala sesuatu demi keberhasilan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peran orang lain, dan janganlah menilai seseorang/sesuatu hanya dari “yang terlihat” saja

Indahnya Taubat

Hari-hari kita mestinya adalah hari-hari taubat. Karena setiap saat, setiap detik, antara cahaya dan kegelapan, antara dosa dan pahala, antara harapan dan penyesalan saling berebut di hati anda. Bahkan jika hari ini pun anda menyesali apa yang anda lakukan, besok pun terulang kembali dosa yang sama dalam waktu dan tempat berbeda, atau dalam bentuk yang berbeda pula.

Allah Maha Tahu, betapa sombongnya manusia, betapa lemahnya manusia, betapa fananya manusia, dan banyaknya manusia yang mengeluh, betapa banyaknya manusia yang tidak bersyukur, betapa banyaknya manusia yang tidak menalarkan akal sehatnya, betapa banyaknya yang tidak mampu mengekang hawa nafsunya.

Dan, dengan Kemaha Besaran, serta Kemaha Lembutan Kasih Sayangnya, Allah memanggil kita semua, dengan panggilan kemahalembutan dan kasihNya, “Wahai orang-orang yang beriman, kembalilah kepada Allah (bertaubatlah) kalian semua, wahai (hamba-hambaKu) yang (mengaku) beriman, agar kalian semua bahagia.” (an-Nuur:31)

Lalu gelombang demi gelombang cahaya memancarkan pembersihan atas kegelapan-kegelapan kita. Gelombang air qudus memandikan kotoran-kotoran bumi kita, penyesalan menjadi pintu gerbang bagi haribaanNya, Istighfar menjadi luapan paling indah dari PelukanNya. Sebab disanalah peleburan, penyirnaan, kefanaan dan kehambaan maujud. “Akulah hamba dan Engkaulah Rabb”

Lalu Rasulullah SAW. menegaskan betapa lebih gembiranya Allah ketimbang seorang yang kehilangan kendaraan unta beserta seluruh hartanya, dalam drama yang mengenaskan, sampai lelah, ia terlunglaikan dalam lelah tidurnya. Ketika ia bangun dari lelap tidurnya, unta dan seluruh hartanya ada di depan mata. Allah lebih erat memeluknya ketimbang eratnya pelukan si
fulan yang kehilangan harta benda, kemudian ada di depannya.

Lihatlah, seperti air gunung yang melimpah, bening bercahaya. Lihatlah seperti gulungan-gulungan ombak KinasihNya yang mengejar seluruh apa pun yeng membuat bergolak KecemburuanNya. Lihatlah kabut-kabut dan mega-mega tersingkap oleh Tangan-Tangan KekuasaanNya, dan Senyuman Keabadian Yang Agung menerima kita semua. Hamba-hambaNya yang bertobat.

Karena itu janganlah takut dengan taubat, karena taubat itu indah dan penuh cinta. Janganlah khawatir dengan taubat, karena kekhawatiran itu adalah nafsu yang dikelola oleh kandang-kandang syetan. Janganlah pesimis atas ampunanNya, karena jika langit dan bumi
ini dipenuhi oleh noda-noda kita, dosa-dosa kita, kesalahan dan kezaliman kita, niscaya ampunan, maghfirah, kemaafan, dan cintaNya lebih besar dari semuanya.

Bahkan kata Ibnu Athaillah as-Sakandary, “Terkadang Allah mentakdirkan hamba-hambaNya berbuat dosa, agar si hamba lebih dekat kepadaNya.” Amboi betapa indah dan luhurnya Dia, kita harus berbaik sangka kepadaNya, bahwa dosa-dosa pun bagian dari cara Dia mendidik
kita. Ketika kita cerdas dan pandai, seluruh kesadaran kita sudah kembali kepadaNya. Tetapi janganlah kita begitu gegabah memaknai, dengan merasa berbesar diri, menyepelekan dosa-dosa kita, hanya karena dosa kita talk ada apa-apanya disbanding ampunanNya. Jangan pula kita berbangga dengan dosa-dosa kita, hanya karena berbangga dengan dosa itu melemparkan kita pada kegelapan paling mengerikan: Jauh dari Cinta dan pelukan Ilahi.

Karena itu mari kita bertobat. Taubatan Nasuha. Taubat yang yang sesungguhnya. Pertama-tama kita taubati dosa-dosa kita, karena hari demi hari, ada saja dosa-dosa yang menempel bagai debu di tubuh kita. Semua hanyalah debu-debu yang hamper tiada artinya,
lama-lama telah berubah menjadi kumpulan debu dan gundukan kotoran di tubuh kita, lalu menjadi dosa besar namanya. Apalagi jika kumpulan kotoran itu adalah noda-noda besar kita. Oh, Tuhan, ternyata engkau tidak tega menyiksa mereka, ketika mereka sedang bergelora dalam istighfar. (al-Qur’an)

Lalu kita masuki taubat berikutnya: Taubat atas kealpaan kita, kelalaian kita, dari mengingat Allah dalam hari-hari dan waktu kita. Perselingkuhan kita dengan syetan dan dunia, telah menjauhkan diri kita dari Allah, dan Allah terasa hilang dari hati kita. Detik-detik jantung kita, gerak-gerik syaraf ruhani kita, ternyata begitu terabaikan dari campur tangan Allah disana. Makanya, sudah niscaya, jika istighfar menjadi buah bibir hati kita. Inilah taubatnya para Kekasih Allah. Taubat dari kealpaan bermesraan dengan Allah. Taubat dari kealpaan Dzikrullah. Inabah namanya.

Kemudian tahap selanjutnya, kita bertaubat dari segala apa saja selain Allah. Sebab selain Allah senantiasa sirna, dan hanya WajahNya yang Abadi. Keabadian Allah janganlah dibiarkan terlantar di kuburan dunia, karena itu segala hal selain Allah sesungguhnya dusta belaka. Dan karenaNya, kita taubati semuanya. Itulah jika kita ingin meneladani Nabi dan RasulNya. Mereka para pilihan itu, tak ingin sekejap pun hatinya kehilangan Dia. Itulah yang disebut dengan Aubah.

Junaid al-baghdady pernah mengisahkan: Suatu hari aku masuk ke tempat Sarru as-Saqathy. Aku lihat dia sedang bingung.
“Ada apa dengan anda?” tanyaku kepadanya.
“Ada seorang pemuda datang kepadaku bertanya tentang taubat, lalu kukatakan padanya, “Hendaknya engkau tidak melupakan dosa-dosamu.”
Tapi pemuda itu menentangku, malah balik berkata, “sebaliknya malah lupakan saja dosa-dosamu.”
Lalu Junaid berkata, “Menurut benakku, apa yang dikatakan pemuda itu benar.”
“Kenapa anda bicara begitu?”
“Karena ketika aku dalam musim panas, kemudian Allah memindahkan diriku di musim dingin, maka sesungguhnya menyebut-nyebut musim panas di musim dingin adalah panas pula artinya.”
Maka as-Saqathy pun terdiam.

Kalimat anak muda ini senantiasa dituturkan sama oleh Junaid, “Bahwa taubat adalah melupakan dosa-dosa anda.” Tentu berbeda dengan pernyataan Sahl bin Abndullah, taubat hendaknya anda jangan melupakan dosa anda.

Para sufi memiliki pengamalan tentang taubat. Dzun Nuun al-Mishry menyatakan, taubat kalangan publik itu, dari dosa. Taubat kalangan khawash itu dari alpa. Sedang An-Nury menegaskan puncak taubat, “hendaknya kalian bertobat dari segala hal selain Allah.” Al-Wasithy menyebutkan, Taubatan Nasuha, adalah jika tidak tersisa sedikit pun kemaksiatan, baik maksiat lahir maupun maksiat batin.

Lebih dari itu semua, pengalaman taubat adalah refleksi dari kondisi ruhani masing-masing hambaNya. Yang lebh penting adalah mutiara-mutiara yang tersimpan dibalik pertaubatan itu. Mutiara Cinta Ilahi yang tak ternilai. Karena itu Allah ta’ala sampai berfirman, “Katakan (Muhammad), Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, Allah bakal mencintaimu.”

Ya, mengikuti jejak Rasulullah saw, melalui pintu taubat adalah beristighfar, minimal 70 kali sehari, atau seratus kali sebagaimana teladan yang diberikan kepada kita. “Dan kepada Kamilah mereka kembali.”
(al-Ghasyiyah 26).

Pertaubatan memanglah sehari-hari tak bisa kita lepaskan. Kata Tawwaabin (orang-orang yang bertaubat), dikaitkan dengan Mutathohhirin (orang-orang yang menyucikan hati). Maknanya, taubat sebagai awal pembuka, maka disanalah ada penyucian jiwa. Proses taubat sampai akhirnya, hingga jiwa-jiwa menjadi suci, adalah proses yang dicintai oleh Allah.

Simpul-simpul Taubat
Di dalam Al-Qur’an banyak ayat tentang taubat. Kalau disimpulkan manfaat taubat antara lain:

Orang yang bertaubat:

1. Taubat itu adalah Cinta-Nya kepada hambaNya (Al-Baqarah 222)

# Taubat itu interopeksi (An-Nisaa’ 17-18)
# Taubat itu akan meraih kenikmatan yang bajik ((huud, 3)
# Taubat itumembawa kemenangan dan kebahagiaan (An-Nuur, 31)
# Taubat itu meleburkan diri dalam KasihNya (Al-Maaidah, 74)
# Taubat itu lebih baik dari alternative lainnya (At-Taubah, 74)
# Taubat yang sesungguhnya diiringi oleh amal yang saleh (Al-Furqon, 71, An-Nuur, 5, Ali Imron, 89, An-Nisaa’ 146, al-Qashshah 67, Maryam, 60, al-Maidah, 39, Al-An’aam, 45, Al-A’raaf, 42 dll)
# Taubat itu harapan Allah pada hambaNya (An-Nisaa’, 27)
# Segera bertaubat adalah wujud ampunan Allah (An-Nisaa’17)
# Taubat itu membeningkan hati, (At-Tahrim, 4)
# Taubat itu tanda mendapat hidayah (Thaha, 122)
# Taubat itu menghilangkan kekerasan hati (At-Taubah 15)
# Senantiasa beribadah, memuji Allah, pasrah dan Ruku’ serta berujud (At-Taubah, 112)

Orang yang menolak Taubat :

1. Menolak taubat berarti tergolong zalim (al-Hujurat 11)
# Menolak taubat berarti ada penyimpangan jiwa (At-Taubat 117)
# Akan mendapatkan siksa (Ghafir, 3)
# Karakteristik orang-orang kafir (Ali Imron 90)
# Senantiasa alpa kepada Allah (At-Taubah 126)

—(ooo)—

Kita paling jelek

Ada suatu kisah seorang santri yg menuntut ilmu pada seorang Kyai. Bertahun-tahun telah ia lewati hingga sampai pada suatu ujian terakhir.
Ia menghadap Kyai untuk ujian tersebut.
“Hai Fulan, kau telah menempuh semua tahapan belajar dan tinggal satu ujian, kalau kamu bisa menjawab berarti kamu lulus “, kata Kyai.
“Baik pak Kyai, apa pertanyaannya ?”
“Kamu cari orang atau mahkluk yang lebih jelek dari kamu, kamu aku beri waktu tiga hari “.
Akhirnya santri tersebut meninggalkan pondok untuk melaksanakan tugas dan mencari jawaban atas pertanyaan Kyai-nya.

Hari pertama, sang santri bertemu dengan si Polan pemabuk berat yg dapat dikatakan hampir tiap hari mabuk-mabukan.
Santri berkata dalam hati, ” Inilah orang yang lebih jelek dari saya. Aku telah beribadah puluhan tahun sedang dia mabuk-mabukan terus “. Tetapi sesampai ia di rumah, timbul pikirannya. “Belum tentu, sekarang Polan mabuk-mabukan siapa tahu pada akhir hayatnya Alloh memberi Hidayah (petunjuk) dan dia Khusnul Khotimah dan aku sekarang baik banyak ibadah tetapi pada akhir hayat di kehendaki Suul Khotimah, bagaimana ? Dia belum tentu lebih jelek dari saya.

Hari kedua, santri jalan keluar rumah dan ketemu dengan seekor anjing yg menjijikan rupanya, sudah bulunya kusut, kudisan dsb. Santri bergumam, ” Ketemu sekarang yg lebih jelek dari aku. Anjing ini sudah haram dimakan, kudisan, jelek lagi ” . Santri gembira karena telah dapat jawaban atas pertanyaan gurunya. Waktu akan tidur sehabis ‘Isya, dia merenung, “Anjing itu kalau mati, habis perkara dia. Dia tidak dimintai tanggung jawab atas perbuatannya oleh Alloh, sedangkan aku akan dimintai pertanggung jawaban yg sangat berat yg kalau aku berbuat banyak dosa akan masuk neraka aku. “Aku tidak lebih baik dari anjing itu”.

Hari ketiga akhirnya santri menghadap Kyai.
Kyai bertanya, “Sudah dapat jawabannya muridku ?”
“Sudah guru”, santri menjawab. ” Ternyata orang yang paling jelek adalah saya guru”. Sang Kyai tersenyum, “Kamu aku nyatakan lulus”.

Pelajaran yg dapat kita petik adalah:
Selama kita masih sama-sama hidup kita tidak boleh sombong/merasa lebih baik dari orang/mahkluk lain. Yang berhak sombong adalah Alloh SWT. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Dengan demikian maka kita akan belajar berprasangka baik kepada orang/mahkluk lain yg sama-sama ciptaan Alloh.
Kalau pemimpin-pemimpin kita punya sikap introspeksi seperti sang santri, alangkah indahnya hidup ini.

MUSNAHKAN SIKAP AROGAN.


Tinggalkan komentar